Makalah
ikatan kimia
Disusun oleh
:
Universitas
Mathlaul Anwar
Tahun 2012
KATA
PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas
penyusun ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penyusun
bisa menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul "Ikatan Kimia"
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari
bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih, dan semoga makalah
ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.
Ikatan Kimia dapat disebut sebagai gaya yang mengikat atom-atom dalam molekul atau gabungan
ion dalam setiap senyawa. Konsep ini pertama kali dikemukakan pada tahun
1916 oleh Gilbert
Newton Lewis (1875-1946) dari Amerika dan Albrecht Kossel
(1853-1927) dari Jerman
(Martin S. Silberberg, 2000).
Konsep tersebut adalah :
1. Kenyataan bahwa
gas-gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa
merupakan bukti bahwa gas-gas mulia memiliki susunan elektron yang
stabil.
2. Setiap atom mempunyai
kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil seperti
gas mulia. Caranya dengan melepaskan elektron atau menangkap
elektron.
3. Untuk memperoleh
susunan elektron yang stabil hanya dapat dicapai dengan cara berikatan dengan
atom lain, yaitu dengan cara melepaskan elektron, menangkap elektron, maupun
pemakaian elektron secara bersama-sama.
2.1 Konfigurasi Elektron
Gas Mulia
Dibandingkan dengan
unsur-unsur lain, unsur gas mulia merupakan unsure yang paling stabil.
Kestabilan ini disebabkan karena susunan elektronnya berjumlah 8 elektron di
kulit terluar, kecuali helium (mempunyai konfigurasi elektron penuh).
Hal ini dikenal dengan konfigurasi
oktet, kecuali helium dengan konfigurasi duplet .
Gas mulia mempunyai elektron pada
kulit terluar dua untuk He dan delapan untuk Ne, Ar, Kr, XE. Dan Rn .
2He =
2
ev
= 2
10Ne = 2 .
8
ev = 8
18Ar = 2 . 8 .
8
ev
= 8
36Kr = 2 . 8 . 18 .
8
ev = 8
54Xe = 2 . 8 . 18 .
18 .
8
ev
= 8
86Rn = 2 . 8 . 18 .
32 . 18 .
8
ev = 8
Unsur-unsur lain dapat
mencapai konfigurasi oktet dengan membentuk ikatan agar dapat menyamakan
konfigurasi elektronnya dengan konfigurasi elektron gas mulia terdekat.
Kecenderungan ini disebut aturan oktet. Konfigurasi oktet
(konfigurasi stabil gas mulia) dapat dicapai dengan melepas, menangkap, atau
memasangkan elektron. Dalam mempelajari materi ikatan kimia ini, kita juga
perlu memahami terlebih dahulu tentang lambang Lewis. Lambang Lewis
adalah lambang atom disertai elektron valensinya. Elektron dalam lambang
Lewis dapat dinyatakan dalam titik atau silang kecil (James E. Brady, 1990) .
Pengecualian Aturan
Oktet
Pengecualian aturan
oktet dapat dibagi dalam tiga kelompok sebagai berikut :
1. Senyawa yang tidak
mencapai aturan oktet.
Senyawa yang atom
pusatnya mempunyai elektron valensi kurang dari 4 termasuk dalam kelompok ini.
Hal ini menyebabkan setelah semua elektron valensinya dipasangkan tetap belum
mencapai oktet. Contohnya adalah BeCl2, BCl3, dan AlBr3.(atom B belum oktet) .
2. Senyawa dengan jumlah
elektron valensi ganjil.
Contohnya adalah NO2,
yang mempunyai elektron valensi (5 + 6 + 6) =17.
3. Senyawa yang
melampaui aturan oktet.
Ini terjadi pada
unsur-unsur periode 3 atau lebih yang dapat menampung lebih dari 8 elektron pada
kulit terluarnya (ingat, kulit M dapat menampung hingga 18 elektron). Beberapa
contoh adalah PCl5, SF6, ClF3, IF7, dan SbCl5. Perhatikan rumus Lewis dari
PCl5, SF6, dan ClF3 berikut ini. PCl5 SF6 ClF3 .
Kegagalan Aturan Oktet
Aturan oktet gagal meramalkan
rumus kimia senyawa dari unsur transisi maupun postransisi. Unsur
postransisi adalah unsur logam setelah unsur transisi, misalnya Ga, Sn, dan
Bi. Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya lebih banyak dengan
tingkat oksidasi +2. Begitu juga Bi yang mempunyai 5 elektron valensi, tetapi
senyawanya lebih banyak dengan tingkat oksidasi +1 dan +3. Pada umumnya, unsur
transisi maupun unsur postransisi tidak memenuhi aturan oktet .
IKATAN ION
Ikatan ion adalah ikatan yang
terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (James E.
Brady, 1990). Ikatan ion terbentuk antara atom yang melepaskan elektron (logam)
dengan atom yang menangkap elektron (bukan logam). Atom logam, setelah melepaskan
elektron berubah menjadi ion positif. Sedangkan atom bukan logam,
setelah menerima elektron berubah menjadi ion negatif.
Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini terjadi tarik-menarik (gaya
elektrostastis) yang disebut ikatan ion (ikatan elektrovalen). Ikatan
ion merupakan ikatan yang relatif kuat. Pada suhu kamar, semua senyawa ion
berupa zat padat kristal dengan struktur tertentu .
Senyawa ion dapat
diketahui dari beberapa sifatnya, antara lain:
1.
Merupakan zat padat dengan titik leleh dan titik didih yang relatif tinggi. Sebagai
contoh, NaCl meleleh pada 801 °C .
2.
Rapuh, sehingga hancur jika dipukul .
3.
Lelehannya menghantarkan listrik .
4.
Larutannya dalam air dapat menghantarkan listrik
. ion Cl–
Contoh lain pembentukan
ikatan ion sebagai berikut :
a.
Pembentukan MgCl2
Mg (Z = 12) dan Cl
(Z = 17) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut :
- Mg : 2, 8, 2
- Cl : 2, 8, 7
Mg dapat mencapai
konfigurasi gas mulia dengan melepas 2 elektron,
sedangkan Cl dengan
menangkap 1 elektron. Atom Mg berubah menjadi ion .
Mg2+, sedangkan atom Cl
menjadi ion Cl–.
-Mg (2, 8, 2) → Mg2+ (2, 8) + 2 e–
(konfigurasi elektron
ion Mg2+ sama dengan neon)
- Cl (2, 8, 7) + e– → Cl– (2, 8, 8)
(konfigurasi elektron
ion Cl– sama dengan argon)
Ion Mg2+ dan ion Cl–
kemudian bergabung membentuk senyawa dengan rumus
MgCl2.
Dengan menggunakan
lambang Lewis, pembentukan MgCl2 dapat digambarkan
sebagai berikut :
b.
Ikatan antara atom 12Mg dan 8O dalam MgO
Konfigurasi elektron Mg
dan O adalah :
Mg : 2, 8, 2 (melepas 2
elektron)
O : 2, 6 (menangkap 2
elektron)
Atom O akan memasangkan
2 elektron, sedangkan atom Mg juga akan
memasangkan 2 elektron .
IKATAN KOVALEN
Ikatan kovalen adalah ikatan yang
terjadi akibat pemakaian pasangan electron secara bersama-sama oleh dua atom
(James E. Brady, 1990). Ikatan kovalen terbentuk di antara dua atom yang
sama-sama ingin menangkap elektron (sesama atom bukan logam).
Cara atom-atom saling
mengikat dalam suatu molekul dinyatakan oleh rumus bangun atau rumus struktur.
Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap pasangan
elektron ikatan dengan sepotong garis. Misalnya, rumus bangun H2 adalah H – H .
Contoh:
Ikatan antara atom H dan
atom Cl dalam HCl
Konfigurasi elektron H
dan Cl adalah :
H : 1 (memerlukan 1
elektron)
Cl : 2, 8, 7 (memerlukan
1 elektron)
Masing-masing atom H dan
Cl memerlukan 1 elektron, jadi 1 atom H akan berpasangan dengan 1 atom Cl .
Lambang Lewis ikatan H
dengan Cl dalam HCl
Rumus Lewis Rumus bangun
Rumus molekul
b . Ikatan antara atom H
dan atom O dalam H2O
Konfigurasi elektron H
dan O adalah: H : 1 (memerlukan 1 elektron). O : 2, 6 (memerlukan 2 elektron) .
Atom O harus memasangkan
2 elektron, sedangkan atom H hanya memasangkan 1 elektron. Oleh karena itu, 1
atom O berikatan dengan 2 atom H .
Macam-macam ikatan
kovalen :
1. Berdasarkan jumlah PEI-nya ikatan kovalen dibagi 3 :
a.
Ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen tunggal
terjadi pada senyawa seperti berikut :
a)
Pembentukan molekul H2 dari atom-atom H mempunyai 1 elektron. Unsur 1H
terletak pada periode 1, maka atom H stabil, jika electron valiensinya 2
(seperti He). Jadi atom H yang satu dengan yang lain saling meminjamkan
elektronnya membentuk molekul H2.
b)
Pembentukan molekul Cl2. Atom 17Cl memiliki jumlah
electron pada setiap kulit atomnya adalah 2 . 8 . 7. Agar mempunyai susunan
electron seperti sususnan electron gas mulia, maka Cl yang mempunyai 7 elektron
valiensi perlu 1 elektron lagi
c)
Pembentukan molekul HCL. Atom 17Cl mempunyai konfigurasi electron 2
. 8 . 7. Berarti, baik atom H maupun atom Cl memerlukan 1 elektron lagi untuk
mencapai susunan electron stabil .
b.
Ikatan kovalen rangkap dua
Ikatan kovalen rangkap
2 yaitu ikatan kovalen yang
memiliki 2 pasang PEI
(pasangan electron ikatan) .
Contoh: O2, CO2
(konfigurasi elektron O = 2, 6; C = 2, 4) .
c.
Ikatan kovalen rangkap tiga
Ikatan kovalen rangkap
3 yaitu ikatan kovalen yang
memiliki 3 pasang PEI.
Contoh: N2
(Konfigurasi elektron N = 2, 5) .
d.
Ikatan
Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen
koordinasi
adalah ikatan kovalen di
mana pasangan electron yang dipakai bersama hanya disumbangkan oleh satu atom,
sedangkan atom yang satu lagi tidak menyumbangkan elektron. Ikatan kovalen
koordinasi hanya dapat terjadi jika salah satu atom
mempunyai pasangan
elektron bebas (PEB) .
Contoh:
Atom N pada molekul
amonia, NH3, mempunyai satu PEB. Oleh karena itu molekul NH3 dapat mengikat ion
H+ melalui ikatan kovalen koordinasi, sehingga menghasilkan ion amonium, NH4+ .
Dalam ion NH4+ terkandung empat ikatan, yaitu tiga ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi .
Ikatan kovalen polar
Ikatan kovalen polar
adalah ikatan kovalen yang PEInya cenderung tertarik ke salah satu atom yang
berikatan. Kepolaran suatu ikatan kovalen ditentukan oleh keelektronegatifan
suatu unsur. Senyawa kovalen polar biasanya terjadi antara atom-atom unsur yang
beda keelektronegatifannya besar, mempunyai bentuk molekul asimetris, mempunyai
momen dipol ( ì = hasil kali jumlah
muatan dengan jaraknya) ≠ 0 .
Contoh:
1) HF
H – F
Keelektronegatifan 2,1;
4,0
Beda
keelektronegatifan = 4,0 – 2,1 = 1,9
ì = q × r = 1,91 Debye (a) r
–q +q
Ikatan kovalen nonpolar
Ikatan kovalen
nonpolar yaitu ikatan kovalen yang PEInya tertarik sama kuat ke arah atom-atom
yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom unsur yang
mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai momen dipol = 0 (nol) atau
mempunyai bentuk molekul simetri .
Contoh:
1) H2
H –
H
Keelektronegatifan H = 2,1 maka,
Beda keelektronegatifan H2 = 0 ì = 0
Bentuk molekul simetri
2) CH4
H
H
H C
H
Sifat-sifat senyawa
kovalen sebagai berikut :
a. Pada suhu kamar
umumnya berupa gas (misal H2, O2, N2, Cl2, CO2), cair
(misalnya: H2O dan HCl),
ataupun berupa padatan.
b. Titik didih dan
titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik
antarmolekulnya lemah
meskipun ikatan antaratomnya kuat.
b. Larut dalam
pelarut nonpolar dan beberapa di antaranya dapat
berinteraksi dengan
pelarut polar.
d. Larutannya
dalam air ada yang menghantar arus listrik (misal HCl) tetapi
sebagian besar tidak
dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau larutannya. Anda
dapat memprediksi ikatan kimia apabila mengetahui konfigurasi elektron dari
atom unsur tersebut (elektron valensinya). Dari situ akan diketahui jumlah
kekurangan elektron masing-masing unsur untuk mencapai kaidah oktet dan
dupet (kestabilan struktur seperti struktur elektron gas mulia). Jarak antara
dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan. Sedangkan
energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energy ikatan.
Pada pasangan unsur yang sama, ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling
lemah dan paling panjang. Semakin banyak pasangan electron milik bersama,
semakin kuat ikatan dan panjang ikatannya semakin kecil / pendek .
Ø
Ikatan Logam
Ikatan elektron-elektron
valensi dalam atom logam bukanlah ikatan ion, juga bukan ikatan kovalen
sederhana. Suatu logam terdiri dari suatu kisi ketat dari ionion positif dan di
sekitarnya terdapat lautan (atmosfer) elektron-elektron valensi. Elektron
valensi ini terbatas pada permukaan-permukaan energi tertentu, namun mempunyai
cukup kebebasan, sehingga elektron-elektron ini tidak terus-menerus digunakan
bersama oleh dua ion yang sama. Bila diberikan energi, elektron-elektron ini
mudah dioperkan dari atom ke atom. Sistem ikatan ini unik bagi logam dan
dikenal sebagai ikatan logam .
Sifat – Sifat Fisis
Senyawa
Senyawa Ion :
§
Wujud cair dapat menghantarkan listrik
§
Dalam wujud padat berbentuk Kristal
§
Titik didih dan titik leleh lebih tinggi
§
Larut dalam pelarut polar (air)
§
Bersifat keras tapi rapuh
§
Membentuk struktur raksasa dengan struktur Kristal yang teratur
Senyawa Kovalen :
§
Senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik
§
Titik didih dan titik leleh relative lebih rendah dari senyawa ion
§
Mudah larut dalam pelarut nonpolar
§
Mudah menguap
Senyawa Logam :
§
Memiliki kekerasan yang tinggi
§
Mudah ditempa, dibengkokkan, dan ditarik
§
Membentuk struktur raksasa
§
Mempunyai sifat mengkilap
§
Dapat menghantarkan panas dan listrik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar