Jumat, 20 Mei 2022

resensi buku NOVEL GIRLS IN THE DARK

 

RESENSI

NOVEL GIRLS IN THE DARK

 

            Judul buku       : Girls In The Dark

            Penulis             : Akiyoshi Rikako

            Tebal Buku      : 279

            Penerbit          : Haru (terjemahan)

            Genre              : Misteri - Thriller

Tahun Terbit   : Juli 2021, Cetakan Keenam Belas

            ISBN                 : 978-602-7742-31-4

 

            SIPNOSIS

            Girls in the dark (Ankoku Joshi) salah satu novel karangan Akiyoshi Rikako ini bercerita tentang Klub Sastra di SMA Putri Santa Maria yang dipimpin oleh Shiraishi Itsumi. Shiraishi Itsumi sendiri adalah gadis yang sangat terkenal dan disegani oleh para siswa di sekolahnya. Suatu hari Itsumi ditemukan mati setelah terjatuh dari beranda sekolah dengan jari yang menggenggam seuntai bunga tulip. Sumikawa Sayuri, sebagai ketua Klub Sastra sekaligus sahabat karib Itsumi, menggunakan pertemuan rutin dengan tema yami-nabe sebagai acara mengenang dan mengungkap misteri yang belum terungkap pada kasus kematian Itsumi. Yami-nabe sendiri adalah kegiatan dimana para anggota membawa satu jenis makanan yang tidak boleh diberitahu pada anggota lainnya, nantinya makanan itu akan dicampur dalam satu wadah, dalam keadaan ruangan yang minim cahaya, para peserta akan memakan masakan tanpa tau apa yang mereka makan. Sambil memakan masakan, para anggota klub yang terdiri dari Nitani Mirei, Kominami Akane, Diana Detcheva, Koga Sanoko, Takaoka Shinyo, dan Sumikawa Sayuri sebelumnya diminta membuat cerita atau naskah yang nantinya akan dibaca secara bergiliran. Dengan tema tentang Kematian Ketua Klub sebelumnya, Shiraishi Itsumi.

 

ULASAN

Untuk saya yang baru pertama kali membaca novel karya Akiyoshi Rikako, Girls in the Dark, merasa terkesan dan sangat kagum. Dengan alurnya yang maju-mundur, membuat saya merasa ikut dalam kegiatan yami-nabe, membayangkan di setiap  kejadiannya. Apalagi latar yang dilukiskan bernuansa eropa.

Novel ini tersusun dari cerita-cerita pendek yang dibacakan masing-masing tokoh dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Bisa dibilang para tokoh di sini saling tuduh.

            Dari awal hingga pertengahan cerita, saya merasa semuanya serba abu-abu, sangat membingungkan. Cerita dari para tokoh kadang bertabrakan dan tidak terlihat adanya kolerasi. Namun justru itulah petunjuk yang diberikan penulis. Petunjuk-petunjuk yang ada memang implisit, saya juga sempat terkecoh beberapa kali, ini yang membuat kita harus lebih teliti dan jeli saat membaca novel ini.

            Nyatanya, separuh cerita dari para tokoh hanya rekayasa yang dibuat untuk menutupi perbuatan mereka terhadap Itsumi. Tapi mereka tidak sepenuhnya bersalah.

            Dalam setiap cerita yang dibawakan, pasti tergambar kebaikan hati Itsumi. Itsumi yang ceria, Itsumi yang positif vibes, Itsumi bagai dewi dan ikon dari SMA Putri Santa Maria, ditambah ayahnya adalah pemilik Yayasan. Kalau dilihat, Itsumi sangat sempurna. Namun, itu hanyalah cover.

            Karena hidupnya yang sudah melampaui kata sempurna, ia menjadi serakah. Itsumi tidak ingin menyia-nyiakan tiga tahun masa SMA-nya, dia ingin menjadi lebih bersinar. Kalau ingin bersinar harus menjadi tokoh utama, dan tokoh utama harus memiliki ‘peran pembantu’  untuk membantunya mendapatkan jalan cerita yang bagus.

            Dimulailah pencarian ‘peran pembantu’ itu, tentu saja bukan peran pembantu sembarangan, tapi peran pembantu yang tau batasan, yang tidak berusaha lebih menonjol dari tokoh utama. Itsumi mendapatkan yang dia mau, para anggota Klub Sastra. Dengan memegang senjata, kelemahan dari masing-masing anggota, dia membuat jalan ceritanya sendiri.

            Tapi, tentu saja para anggota Klub Sastra tidak tinggal diam.

‘‘Pegang rahasianya,rebut tempatnya berada, dan sudutkan. Menggenggam rahasia seseorang sama dengan menggenggam jiwanya. Tidak ada kepuasan yang melebihi kepuasan itu’’ – Girls In The Dark, hlm. 227

 

            KELEBIHAN

·         Konflik yang diciptakan sangat menarik, seperti saat menonton film thriller.

·         Endingnya pun menarik, plot twist yang tidak pernah saya bayangkan.

·         Cover buku yang disajikan menarik.

 

KELEMAHAN

·         Bahasa yang digunakan formal dan terkesan berat.

·         Banyakk menggunakan istilah-istilah dalam Bahasa Perancis yang asing dan jarang digunakan.

·         Ada adegan sensual dan juga hint kearah yuri (LGBT), tapi tidak eksplisit, jadi pembaca harus bijak saat membaca novel ini.

 

KESIMPULAN

            Buku ini sangat cocok untuk penyuka genre Thriller, karena sajian cerita misterinya menarik untuk dibaca, sehingga saat membaca akan terasa seperti mengalaminya secara langsung.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar