Jumat, 08 Desember 2017

resensi novel Hafalan shalat Delisa




Tugas bahasa indonesia
Resensi novel






 

















Disusun oleh :
Nama             : siti hukmiastunnisa     
Kelas            : XII IPA 1



Sma negeri 1 Warunggunung
Tahun ajaran 2017/2018
Judul resensi
Ikhlas dan tabah

Description: Hasil gambar untuk hafalan shalat delisa
Identitas Buku
Judul buku                    : Hafalan shalat Delisa
Nama Pengarang         : Tere Liye
Penerbit                        : Republika
Tahun Terbit                : 2012
Cetakan                         : xix, Februari 2012
Tebal buku                   : vi + 266 Halaman

Novel ini menceritaskan seorang anak perempuan berumur 6 tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak yang lugu, polos dan suka bertanya, ia anak bungsu dari 4 bersaudara. Delisa tinggal bersama uminya yang bernama Salamah dan kakak-kakaknya. Mereka tinggal di Aceh,  tepatnya di lhok Nga. Ayahnya yang biasa dipanggil Abi bernama Usman , beliau bekerja di kapal tanker dan baru pulang setiap 3 bulan sekali. Delisa mendapatkan tugas dari ibu guru Nur, yakni tugas menghafal bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu tanggal 26 desember 2004. Motivasi dari umi yang berjanji akan memberikan hadiah jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat. Hadiah kalung emas dua gram beriontin D untuk Delisa, sedangkan Abi akan memberikan sepeda untuk hafalan sholat Delisa jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 26 Desember 2004, Delisa memperaktikan hafalah sholastnya di depan kelas. Tiba-tiba gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami melanda bumi aceh. Seketika keadaan berubah, ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa t etap melanutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa, shalat Delisa belum sempurna. Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan olehl prajurit smith yang kemudian menjadi mualaf dan berganti nama menjadi prajurit salam.
Beberapa waktu lamanya Delisa tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik, sampai ketika seorang ibu yang dirawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa terbangun. Kaki Delisa harus dimaputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi ini telah membawa ke pertemuan dengan abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima takdir yang telah digariskan oleh Allah.
Beberapa bulan dari kejadian Tsunami yang melanda lhok nga, Delisa memulai kembali kehidupan dari awal bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan local maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib. Beberapa bulan kemudian, Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga sukarelawan. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan kalung berliontin D untuk Delisa, lupa akan sepeda yang dijanjikan Abi. Delisa hanya ingin menghafal bacaan shalatnya.
Akhir dari novel ini, Delisa mendapatkan kembali hafalan shalatnya. Sebelumnya Delisa bermimpi bertemu dengan uminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada kemudahan menghafalnya. Delisa telah mampu melakukan shalat asharnya dengan sempurna untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terballik. Hafalan sholat karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, atuapun sepeda. Selesai shalat ashar, Delisa pergi mencuci tangan ditepian sungai Delisa melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari semak belukar, cahaya itu menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Mendadak hati Delisa bergetar. Delisa berkata “Bukankah itu seuntai kadung ?” ternyata Delisa benar benda itu adalah kalung berinisial D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal itu tidak lain adalah milik umi Delisa.
Novel hafalan shalat Delisa bertema sosial dan agama. Pengarang menggambarkan tokoh Delisa sebagai anak yang pantang menyerah, baik dan manja, latar yang ada dalam novel ini bertempat di Desa Lhok nga pesisir pantai Aceh. Alur dari cerita ini yaitu maju, mundur, maju (campuran) karena pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang masa-masa saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana tsunami. Sudah pandang yang dipakai adalah orang ketiga serba tahu dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh dan begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh dan gaya bahasa yang dipakai pengarang yaitu : hiperbola (kalimat itu membuat melekeh seketika) personifikasi (gelombang tsunami sudah menghatam bibir pantai) dan metafora (pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah menunjang). Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bersyukur , tetapi semangat dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. Dan jangan pernah putus asa.
Keunggulan buku
-          Ceritanya yang sama dengan peristiwa dikejadian nyata,
-          Buku ini mengajak kita mengerti akan kehidupan, kematian, mencintai anugrah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah
-          Disertai dengan footnote (catatan kaki) dari kata-kata yang sulit dimengerti
Kelemahan buku
-          Masih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti oleh sebagian kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-Qur’an, bahasa, daerah, dan lain-lain.
Kritik dan saran
-          Menurut saya buku ini sangast bagus dibaca untuk semua kalangan. Baik anak-anak, remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat dalam novel ini memberikan banyak insfikasi bagi para pembacanya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar