Tugas bahasa indonesia
Resensi novel
Disusun oleh :
Nama : siti hukmiastunnisa
Kelas : XII IPA 1
Sma negeri 1 Warunggunung
Tahun ajaran 2017/2018
Judul resensi
Ikhlas dan tabah
Identitas
Buku
Judul
buku : Hafalan shalat
Delisa
Nama
Pengarang : Tere Liye
Penerbit
: Republika
Tahun
Terbit : 2012
Cetakan
: xix, Februari 2012
Tebal
buku : vi + 266 Halaman
Novel ini menceritaskan seorang
anak perempuan berumur 6 tahun yang bernama Delisa. Delisa adalah seorang anak
yang lugu, polos dan suka bertanya, ia anak bungsu dari 4 bersaudara. Delisa
tinggal bersama uminya yang bernama Salamah dan kakak-kakaknya. Mereka tinggal
di Aceh, tepatnya di lhok Nga. Ayahnya
yang biasa dipanggil Abi bernama Usman , beliau bekerja di kapal tanker dan
baru pulang setiap 3 bulan sekali. Delisa mendapatkan tugas dari ibu guru Nur,
yakni tugas menghafal bacaan sholat yang akan disetorkan pada hari minggu
tanggal 26 desember 2004. Motivasi dari umi yang berjanji akan memberikan hadiah
jika ia berhasil menghafalkan bacaan sholat. Hadiah kalung emas dua gram
beriontin D untuk Delisa, sedangkan Abi akan memberikan sepeda untuk hafalan
sholat Delisa jikalau lulus. Pagi itu hari minggu tanggal 26 Desember 2004,
Delisa memperaktikan hafalah sholastnya di depan kelas. Tiba-tiba gempa bumi
berkekuatan 8,9 SR yang disertai tsunami melanda bumi aceh. Seketika keadaan
berubah, ketakutan dan kecemasan menerpa setiap jiwa saat itu. Namun, Delisa t
etap melanutkan hafalan sholatnya. Ketika hendak sujud yang pertama, air itu
telah menghanyutkan semua yang ada, menghempaskan Delisa, shalat Delisa belum
sempurna. Delisa tergolek antara sadar dan tidak. Ketika tubuhnya ditemukan
olehl prajurit smith yang kemudian menjadi mualaf dan berganti nama menjadi
prajurit salam.
Beberapa waktu lamanya Delisa
tidak sadarkan diri, keadaannya tidak kunjung membaik, sampai ketika seorang
ibu yang dirawat sebelahnya melakukan sholat tahajud, pada bacaan sholat dimana
hari itu hafalan shalat Delisa terputus, kesadaran dan kesehatan Delisa
terbangun. Kaki Delisa harus dimaputasi. Delisa menerima tanpa mengeluh. Luka
jahitan dan lebam disekujur tubuhnya tidak membuatnya berputus asa. Bahkan kondisi
ini telah membawa ke pertemuan dengan abinya. Pertemuan yang mengharukan. Abi
tidak menyangka Delisa lebih kuat menerima takdir yang telah digariskan oleh
Allah.
Beberapa bulan dari kejadian
Tsunami yang melanda lhok nga, Delisa memulai kembali kehidupan dari awal
bersama abinya. Hidup di barak pengungsian yang didirikan sukarelawan local
maupun asing. Hidup dengan orang-orang yang senasib. Beberapa bulan kemudian,
Delisa mulai masuk sekolah kembali. Sekolah yang dibuka oleh tenaga
sukarelawan. Delisa benar-benar lupa, tidak bisa mengingatnya. Lupa juga akan
kalung berliontin D untuk Delisa, lupa akan sepeda yang dijanjikan Abi. Delisa
hanya ingin menghafal bacaan shalatnya.
Akhir dari novel ini, Delisa
mendapatkan kembali hafalan shalatnya. Sebelumnya Delisa bermimpi bertemu
dengan uminya, yang menunjukkan kalung itu dan permintaan untuk menyelesaikan
tugas menghafal bacaan sholatnya. Kekuatan itu telah membawa Delisa pada
kemudahan menghafalnya. Delisa telah mampu melakukan shalat asharnya dengan sempurna
untuk pertama kalinya, tanpa ada yang terlupa dan terballik. Hafalan sholat
karena Allah, bukan karena sebatang coklat, sebuah kalung, atuapun sepeda.
Selesai shalat ashar, Delisa pergi mencuci tangan ditepian sungai Delisa
melihat ada pantulan cahaya matahari sore dari semak belukar, cahaya itu
menarik perhatian Delisa untuk mendekat. Mendadak hati Delisa bergetar. Delisa
berkata “Bukankah itu seuntai kadung ?” ternyata Delisa benar benda itu adalah
kalung berinisial D untuk Delisa dalam genggaman tangan manusia yang sudah
tinggal tulang. Tangan manusia yang sudah tinggal itu tidak lain adalah milik
umi Delisa.
Novel hafalan shalat Delisa
bertema sosial dan agama. Pengarang menggambarkan tokoh Delisa sebagai anak
yang pantang menyerah, baik dan manja, latar yang ada dalam novel ini bertempat
di Desa Lhok nga pesisir pantai Aceh. Alur dari cerita ini yaitu maju, mundur,
maju (campuran) karena pada novel ini digambarkan bahwa Delisa mengenang
masa-masa saat sebelum keluarganya meninggal karena bencana tsunami. Sudah
pandang yang dipakai adalah orang ketiga serba tahu dibuktikan oleh pengarang
yang selalu menyebut nama tokoh dan begitu mengerti perasaan yang dialami tokoh
dan gaya bahasa yang dipakai pengarang yaitu : hiperbola (kalimat itu membuat
melekeh seketika) personifikasi (gelombang tsunami sudah menghatam bibir pantai)
dan metafora (pohon-pohon bertumbangan bagai kecambang tauge yang akarnya lemah
menunjang). Amanat yang terkandung dalam novel ini adalah bersyukur , tetapi
semangat dengan apa yang diberikan oleh Allah SWT. Dan jangan pernah putus asa.
Keunggulan buku
-
Ceritanya yang sama dengan peristiwa dikejadian
nyata,
-
Buku ini mengajak kita mengerti akan kehidupan,
kematian, mencintai anugrah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah
-
Disertai dengan footnote (catatan kaki) dari
kata-kata yang sulit dimengerti
Kelemahan buku
-
Masih ada kata-kata yang kurang dapat dimengerti
oleh sebagian kalangan, seperti ayat-ayat suci Al-Qur’an, bahasa, daerah, dan
lain-lain.
Kritik dan saran
-
Menurut saya buku ini sangast bagus dibaca untuk
semua kalangan. Baik anak-anak, remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang
tersirat dalam novel ini memberikan banyak insfikasi bagi para pembacanya.