BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sastra suatu komunikasi seni yang hidup
bersama bahasa. Tanpa bahasa sastra tidak mugkin ada, puisi adalah salah satu
sastra yang menggunakan bahasa di dalam penyampaian melalui bahasa dia dapat di
wujudkan dirinya berupa sastra lisan maupun sastra tertulis. Karya sastra
merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia, karya sastra di ciptakan untuk di
nikmati dan di apresiasikan. Dalam hal ini setiap penulis gambaranya untuk
menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh.puisi itu
tercipta karena pengalaman atau sebaliknya. Bisa di katakana bahwa puisi adalah
ekspresi dari segala pengalaman imajinatif yang dirasakan oleh manusia dalam hidupnya.
Bahwa karya sastra ditulis
oleh seorang pengarang, dan pengarang merupakan a salient being, makhluk yang mengalami sensasi-sensasi dalam
kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan demikian, sastra juga dibentuk oleh
masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan sistem dan nilai dalam
masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa sastra memiliki
keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan masyarakatnya,
kesusastraan indonesia modern memiliki usia yang tergolong muda, memiliki usaha
yang sehingga banyak masalah yang timbul dan menghendaki pemecahan untuk
menyelesaikan. Berhubungan dengan hal tersebut maka ilmu sastra indonesia
(modern) masi belum mendapatkan metode yang tepat dalam penyelesaian. Ilmu
sastra mempunyai Berbagai pendekatan analisis puisi.
B.
Rumusan Masalah
Ada rumusan masalah yang perlu
di kaji dalam makalah ini
1.
Apa yang dimaksud dengan structural semiotik
2.
Bagaimana pendekatan structural menurut teeuw
A,
3.
Apa yang anda ketahui tentang stilistika
4.
Apa yang anda ketahui dari pendekatan
sosiologi sastra
5.
Sebutkan berbagai macam pendekatan resepsi
sastra
6.
Apa konsep dari pendekatan ekspresif itu
sendiri
C. Tujuan
Berikut ini adalah beberapa tujuan
yang akan dicapai setelah mempelajari makalah ini
1.
Dapat mengetahui
pengertian dari sruktural
2.
Mendeskripsikan bagaimana pendekatan structural menurut
Teeuw A
3.
Dapat menguraikan penjelasan tersebut
4.
Ingin menjelaskan pengertian dari pendekatan sosiologi
sastra
5.
Dapat menjelaskan bagian-bagian dari resepsi sastra
6.
Ingin menguraikan konssep dari pendekatan ekspresif
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Teori
Pendekatan Struktural
Pendekatan stuktural pendekatan yang
memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur itu sendiri. Pendekatan
ini memahami karya sastra cloce reading ( membaca karya sastra secara tertutup
tanpa melihat pengarangnya, realitas, dan pembaca ). Pendekatan structural
bertujuan membongkar dan memaparkan secermat. Seteliti semendetil, dan
semendalam mungkin keterkaitan dan ketrjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw 1984 )
Kegiatan
menganalisis karya sastra merupakan hal yang lumrah dilakukan sebagai suatu
proses pemaknaan atau pemberian makna terhadap karya sastra dengan intensitas estetik,
istilah lainnya dalah konkretisasi. Berbagai pendekatan ditawarkan, salah satu
diantaranya pendekatan
objektif yaitu pendekatan yang menitik beratkan pada karya sastra itu sendiri, pendekatan ini
beranggapan karya sastra sebagai sesuatu yang otonom. Sebagai struktur yang
otonom, karya sastra dapat di pahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan
unsur-unsur pembangunnya. Oleh karena itu,untuk memahami maknanya, karya sastra
harus dianalisis berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari berbagai unsur
yang ada di luar struktur signifikansinya Berbagai pandangan mengenai
pendekatan karya sastra diuraikan oleh para pakar sastra.
Abrams dalam Sarjono menyatakan keragaman teori dapat dipahami dan
diteliti jika berpangkal pada situasi karya sastra secara menyeluruh..
sedangkan
yang memberi perhatian penuh pada karya sastra sebagai sesuatu struktur yang
otonom dengan koherensi intrinsik
yaitu
Pendekatan struktural dipelopori
oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha, yang mendapat pengaruh
langsung dari teori Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan
diakronik ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah
perkembangannya,melainkan pada hubungan antar unsurnya. Masalah unsur dan
hubungan antarunsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini
Analisis
karya sastra dengan pendekatan strukturalisme memiliki berbagai
kelebihan,diantaranya :
(1) pendekatan struktural memberi peluang untuk
melakukan telaah atau kajian sastra secara lebih rinci dan lebih mendalam,
(2) pendekatan
ini mencoba melihat sastra sebagaisebuah karya sastra dengan hanya
mempersoalkan apa yang ada di dalam dirinya,
(3) memberi umpan balik kepada penulis sehingga dapat
mendorong penulis untuk menulis secara
lebih berhati-hati dan teliti (Semi, 1993: 70).
Selain memiliki beberapa kelebihan, pendekatan
ini pun mengandung berbagai kelemahan. Secara terinci Teeuw menjelaskan empat
kelemahan strukturalisme murni , yakni:
1)
strukturalisme belum
mengungkapkan teori sastra yang lengkap
2)
karya sastra tidak dapat diteliti secara
terasing dan harus dipahami dalam suatu sistem satradengan latar belakang
sejarahnya
3)
adanya unsur objektif
dalam karya sastra disangsikan karena peranan pembaca cukup dalam turut memberi
makna,
4)
penafsiran puisi yang menitikberatkan
otonomi puisi menghilangkan konteks dan fungsinya sehingga
puisidimenaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya (Teeuw, 1984 : 176).
Sekaitan dengan itu Scholes dalam Sayuti (2001:64)
(1) tidak memiliki kelengkapan sistematis yang justru
menjadi tujuanpokoknya,
(2) menolak makna
atau isi karya sastra dalam konteks kultural di seputar sistemsastra.
Hal ini
disebabkan karena analisis struktural itu merupakan kesatuan yang bulat dan
utuh,tidak memerlukan pertolongan dari luar struktur,
Di samping itu peran pembaca sebagai pemberi
makna karya sastra tidak dapat diabaikan.
Kendati mengandung berbagai kelemahan Teeuw berpendapat bahwa bagaimanapun juga analisis
struktural merupakan tugas prioritas bagi serorang peneliti sastra sebelum ia
melangkah pada hal-hal lain. Jadi, untuk memahami karya sastra secara
optimal, pemahaman terhadap struktur merupakan tahap yang sukar dihindari.
Akibat adanya berbagai kelemahan itulah kemudian para kritikus mengembangkan
model-model pendekatan lain sebagai reaksi strukturalisme dengan tetap
mempertahankan prinsip struktur dan membuang prinsip otonomi yang dijelaskan
dalam strukturalisme seperti semiotik dan dekonstruksi.Pada intinya, teori
strukturalisme beranggapan karya sastra itu merupakan sebuah struktur yang unsur-unsurnya
saling berkaitan. Sehingga unsur-unsurnya itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya,
maknanya ditentukan oleh saling keterkaitan dengan unsur-unsur lainnya sehingga
membentuk totalitas makna. Adapun tujuannya adalah mendeskripsikan
secermat mungkin keterkaitan semua unsur karya sastra yang secara
bersama-sama sehingga menghasilkan maknakarya sastra secara menyeluruh. Sebagai
konsekuensi terhadap pandangan yang menganggap karya sebagai sesuatu yang
otonom ,bagian selanjutnya adalah bagaimana menerapkannya Struktur merupakan keseluruhan yang bulat,
yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar
struktur itu. Berikut ini ada beberapa pendapat para ahli mengenai pendekatan
struktural, yaitu suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang
sasarannya tidak hanya ditujukan,
kepada
salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya,
melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya
(Fokemma,).
Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab
karya sastra mempunyai kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari karya
itu sendiri (A. Teew.)
B. Pendekatan
Struktural Semiotik
Pendekatan yang memandang karya sastra
sebagian sistem tanda, sebagi ilmu tanda, semiotik secara sistematik
mempelajari tnda-tanda dari lambang ( semeion bahasa yunani yang bearti tanda
). System-sistem lambang dan proses-proses perlambangan ( Luxemburg:1984 )
manusia slalu berada dalam proses semiosis, yaitu memahami sesuatu yang yang
ada di sekitar sebagai sistem tanda. Tanda terdiri 2 aspek yaitu : penanda hal
yang menandai sesuatu –petanda refern yang di acu atau di tuju oleh tanda
tertentu bahasa dan sastra merupakan sistem tanda tingkat 2 semiotik tingkat
pertama dan kedua 16 bahasa merupakan sistem semiotik tingkat pertama penanda :
kata-penanda : makna ( dalam arti normatf )- contoh kursi bermakna tempat untuk
duduk sastra merupakan system semiotic tingkat 2 penanda bahasa dan unsur
structural –penanda :makna ( di tentukan oleh konvensi sastra ).
Semiotik di ungkapkan oleh Racmat Djoko Prodopo sebagai simbol atau
tanda. Bahasa di gunakan sebagai medium karya sastra sudah merupakan simbol
atau tanda. Pada dasarnya bahasa atau kata-kata yang di gunakan dalam karya
sastra sudah menjadi sudah menjadi sebuah lambang atau tanda yang memiliki
makna tersendiri, yang telah di tentukan secara konvensional. Bahasa merupakan
sistem ketandaan yang telah di maknai menurut konvensi mayarakat. Sistem
mengenai tanda atau simbol ini di sebut semiotik atau semiologi. Bahasa sebagai
medium karya sastra bukanlah sebagi bahan yang bebas, namun bahasa itu sudah
menjadi sebuah system semiotik.
C. Pendekatan
dalam Stilistika
Dalam melakukan krtik sastra
harus berangkat dari suatu pola pikir tertentu yang di rumuskan secara matang
agar hasil yang di capai sesuai dengan tujuan. Hal ini penting, karena karya
sastra dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Cara memandang dan mendekati
objek dengan titik pandang tersebutlah yang di sebut pendekatan secara
teroritis pendekatan adalah asumsi dasar yang di jadikan pegangan menilai
sesuatu.
a.
Pengertian Stilistika
Pendekatan stilistika di dalam
kritik sastra bertolak dari pandangan bahwa isi pokok, pemikiran, dan falsafah.
Pendekatan stilistika menganut paham bahwa unsur pokok sastra adalah bahasa.
Dengan kata lain, pendekatan stilistika bearti asumsi dasar yang di gunakan
oleh kritikus dalam menilai suatukarya sastra di tinjau dari segi kebahasaanya.
b.
Prinsip pendekatan stilistika
Pendekatan
stilistiks dalam menguraikan sebuah karya sastra, harus menguasai dengan baik,
kriteria pendekatan stilistikadalam kritik
sastra adalah tampilah bahasa di dalam karya sastra
Bentuk dan variasi kalimat, klausa,
frase, kata; bunyi dan majas
1.
Bentuk-bentk penyimpangan dari struktur bahasa
2.
Manipulasinya bunyi,kata,ungkapan,frase,kalimat,dan
wacana penciptaan dalam karya sastra
3.
Pilihan kata yang tepat
4.
Penampilan berbagai gaya dalam kalimat karya sastra
5.
Analisis pemakaian kta dalam kalimat. Kalimat dalam
paragraf dan paragraph dalam wancana
Melalui stilistika dapat di
jabarkan ciri-ciri khusus karya sastra berdasarkan hal itu, Wellek, dan
Werren ,menyatakan bahwa ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika
dengan cara semacam itu, yang pertama di
analisis secara sistemtis tentang sistem linguistik karya sastra
kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya di lihat berdasarkan makna
total atau makna keseluruhan melalui hal ini akan muncul system linguistik yang
khas dari sekelompok karya pendekatan yang kedua yaitu mempelajari dari
sejumlah ciri khas membedakan system satu dengan yang lainya.
Analisis stilistika adalah dengan
mengamati devrasi-devrasi seperti penggulangan bunyi inversi susunan
kata,susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan,
atau membuat kejelasan, atau justru kebalikanya yang membuat makna menjadi
tidak jelas sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistika di
pengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan.
E. Teori yang Berhubungan dengan kajian
Stilistika
Pada dasarnya kajian stilistika
di kemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. menurut Nurhayati teori-teori tersebut digunakan
untuk menganalisis bahasa teori tersebut adalah sebagai berikut :
1. Diksi
(pilihan kata)
Diksi
merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan
suasana sehingga mampu rnengembangkan dan mempengaruhi daya irnajinasi pembaca
(Fajahono.
2. Pengimajian
(citraan)
Pengimajian
adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensonis
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Dalam hal ini yang di maksud
adalah citraan yang meliputi gambaran,angan-angan dan penggunaan bahasa.
3. Kata
konkret
Kata
Konkret adalah kata yang mengarah pada arti yang menyeluruh agar pembaca dapat
seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair.
Untuk membangkitkan imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus
diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti
yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga
erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang.
4.
Bahasa
Figuratif (Majas)
Unsur
kepuitisan yang lain, untuk mendapatkan kepuitisan ialah bahasa kiasan
(figurative language). Adanya bahasa kiasan ini menyebabkan sajak menarik
perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup dan terutama menimbulkan kejelasan
gambaran angan. Bahasa kiasan ini mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal
dengannn hal lain supaya gambaran
menjadi jelas, lebih menarik, dan hidup.
a. Perbandingan
Perbandingan
atau perumpamaan atau simile, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal
dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai,
sebagai, bak, seperti, semisal dan kata-kata perbandingan yang lain.
b. Metafora
Metafora
ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata
perbandingan, seperti bagai, laksana, dan sebagainya. Metafora itu melihat
sesuatu dengan perantaraan benda yang lain (Becker, 1978:317).
d. Personifikasi
kiasan
ini mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat,
berpikir dan sebagainya seperti manusia.
a. Rima
Rima
merupakan pengulangan bunyi dalam puisi .
b.
Ritma
Ritma merupakan pengulangan bunyi, kata, frase dan
kalimat
c.
Metrum
Metrum
adalah pengulangan tekanan kata yang tetap.
.
C.
Analisis Berdasarkan
Struktur Batin
Struktur
batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi, unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tema
merupakan
gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok
persoalan dalam puisi tersebut setiap memiliki pokok persoalan yang hendak
disampaikan kepada pembacanya.
2. Perasaan
(Feeling)
Feeling
adalah suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh
pembaca.
3. Nada
dan Suasana
a.
Nada
merupakan
refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan
moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarang tercemin dalam
puisi.
b. Suasana
Suasana
merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi
4.
Amanat
(pesan) atau tujuan
Amanat
merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Dalam hal ini
penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul di balik
tema di ungkapkan.
D. Teori Pendekatan Sosiologi
Sastra
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada
dalil bahwa karya sastra ditulis oleh seorang pengarang, dan pengarang
merupakan a salient being, makhluk
yang mengalami sensasi-sensasi dalam kehidupan empirik masyarakatnya. Dengan
demikian, sastra juga dibentuk oleh masyarakatnya, sastra berada dalam jaringan
sistem dan nilai dalam masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul pemahaman bahwa
sastra memiliki keterkaitan timbal-balik dalam derajat tertentu dengan
masyarakatnya, dan sosiologi sastra berupaya meneliti pertautan antara sastra
dengan kenyataan masyarakat dalam berbagai dimensinya
. a. Pengertian
Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sos (Yunani) yang berarti bersama, bersatu, kawan, teman, dan logi (logos) berarti sabda, perkataan,
perumpamaan. Sastra dari akar kata sas
(Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi.
Akhiran tra berarti alat, sarana.
Merujuk dari definisi tersebut, keduanya memiliki objek yang sama yaitu manusia
dan masyarakat. Meskipun demikian, hakikat sosiologi dan sastra sangat berbeda
bahkan bertentangan secara dianetral.
Sosiologi
adalah ilmu objektf kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini
(das sain) bukan apa yang seharusnya
terjadi (das solen). Sebaliknya karya
sastra bersifat evaluatif, subjektif, dan imajinatif.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang
bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi
kepada pengarang dan pembaca. Menurut pendekatan sosiologi sastra, karya sastra
dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan
kenyataan.
Kenyataan
disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada diluar
karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Demikianlah, pendekatan
sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra, dengan
landasan suatu pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial. Pada hakikatnya, fenomena sosial itu
bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa di observasi, di
foto, dan di dokumentasikan. Oleh pengarang, fenomena itu diangkat kembali
menjadi wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi,
refleksi, imajinasi, evaluasi, dan sebagainya) dalam bentuk karya sastra.
Sastra menyajikan gambaran kehidupan,
dan kehidupan itu sendiri sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial. Dalam
pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat dengan
orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang.
Maka,memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia,
kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra adalah “kebenaran”
penggambaran atau yang hendak digambarkan. Namun Wellek dan Warren
mengingatkan, bahwa karya sastra memang mengekspresikan kehidupan, tetapi
keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-lengkapnya.
Hal ini disebabkan fenomena kehidupan
sosial yang terdapat dalam karya sastra tersebut kadang tidak disengaja
dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra itu sendiri yang
tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak
langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu. Latar belakang
munculnya pendekatan sosiologi sastra sastra, karya sastra tidak bisa di pahami
secara utuh jika di pisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradapan
yang telah menghasilkan karena karya karya sastra tidak bisa terlepas dari
realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.
c. Teori
Pendekatan Sosiologi Sastra
Menurut Ratna (2003 : 2) ada sejumlah
definisi mengenai sosiologi sastra yang perlu dipertimbangkan dalam rangka
menemukan objektivitas hubungan antara karya sastra dengan masyarakat, antara
lain:
1. Pemahaman
terhadap karya sastra dengan pertimbangan aspek kemasyarakatannya.
2. Pemahaman
terhadap totalitas karya yang disertai dengan aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya.
3. Pemahaman
terhadap karya sastra sekaligus hubungannya dengan masyarakat yang melatar
belakanginya.
4.
Sosiologi
sastra adalah hubungan dua arah (dialektik) antara sastra dengan masyarakat.
5.
Sosiologi
sastra berusaha menemukan kualitas interdependensi antara sastra dengan
E. Teori Pendekatan Kritik
sastra
Kritik sastra memiliki peran sebagai
jembatan penghubung antara karya sastra dengan
masyarakat penikmat sastra.Sumbangan pikiran dan analisis kritikus yang baik
bisa menimbulkan minat yang menyala-nyala bagi pembaca-pembaca lain untuk membaca karya sastra tersebut
Untuk
menunjang ilmu sastra.Kritik sastra berguna pula untuk pengembangan dan pembinaan ilmu sastra (teori
sastra). Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur
cerita, gaya bahasa teknik penceritaan dan sebagainya.
Dengan demikian ia memberi sumbangan
besar kepada para ahli sastra dalam mengembangkan sastra memberi sumbangan
pula kepada kritikus yang belum
dijelajahi oleh pengarang Demikian,kritik sastra secara nyata memberi sumbangan
pula dalam meningkatkan mutu karya sastrawan-sastrawan.
F. Teori Pendekatan Resefsi Sastra
:
Pendekatan reseffsi sastra ,
memahami dan menilai karya sastra berdasarkan tanggapan para pembaca terhadap
karya sastra tertentu banyak tanggapan pembaca terhadap karya sastra tanggapan
pasif : bagaimana pembaca dapat memhami suatu karya sastra dan menemukan
hakikat estetik di dalamnya tidak dapat di ketahui orang lain.
·
Macam-macam pendekatan Resefsi sastra
1.
Resefsi sastra ekpresi mental, di lakukan dengan studi
lapangan pembaca memberikan tanggapanya terhadap karya sastra dengan mengisi
daftar pertanyaan dan jawabanya yang menunjukan tanggapan para pembaca kemudian
di analisis secara kualitas hanya berlaku untuk teks 2 sastra masa kini
bertujuan mengukapkan reaksi pembaca masa kini.
2.
Resefsi sastra lewat kritik sastra di kembangkan oleh
felixvodickk kritikus di anggap sebagai penanggap utama dan khas karena dapat
menetapakan konkretisasi (pemaknaan) karya sastra
G. Teori Pendekatan
Ekspresif
pendekatan yang memfokuskan
perhatianya pada sebagai pencipta atau pengarangnya karya sastra pengarang
karya sastra ide,gagasan,emosi,pengalaman lahir batin, pendekatan yang lebih
mendasar pada pengarang sebagai pencipta karya sastra tersebut dan lebih
menitikberatkan pendekatan ekspresif, tersebut mengenai batin atau pperasaan
seseorang yang akan kemudian ddi ekspresikan dan di tuangkan ke dalam bentuk
karya sastra dan tulisan hingga membentuk sebuah karya sastra yang bernilairasa
tersendiri, dan menurut isi kandungan yang ingin di sampaikan oleh pengarang (
berupa karya seni ) .
dari penjelasan di ats dapat kita ketahui bahwa karya sastra tidak dapat
hadir bila tidak ada yang menciptakanya, sehingga pencipta karya sastra sangat
penting kedudukanya dalam kegiatan kajian dan apesiasi sastra, pikiran dan
perasaan pengarang, sebab pada hakikatnya karya sastra adalh tuangan pengalaman
penukis dari segala gagasan , cipta, rasa, emosi, ide , angan-angan yang
mendorong suatu karya sastra.
BAB 111
KESIMPULAN
Sastra dapat dikatakan sebagai cermin
masyarakat, atau diasumsikan sebagai salinan kehidupan, tidak berarti struktur
masyarakat seluruhnya dapat tergambar dalam sastra, hanya gambaran masalah masyarakat
secara umum yang ditinjau dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas.
Sosiologi sastra lebih memperoleh tempat dalam penelitian sastra karena
sumber-sumber yang dijadikan acuan mencari keterkaitan antara permasalahan
dalam karya sastra dengan permasalahan dengan masyarakat lebih mudah diperoleh
BAB
I V
PENUTUP
Demikianlah makalah dari
penulis yang di beri judul ‘’ Pengantar Berbagai Pendekatan Analisis Puisi ‘’
guna memenuhi tugas TELAAH PUISI Semester 2 B tahun ajaran 2013/2014
Penulis sadar masih banyak
kekurangan dari makalah ini, maka penulis mengharap saran dan kritik dari
pembaca sekalian, semoga makalah ini berguna bagi pembaca sekalian
DAFTAR
PUSTAKA
1
Azis, Siti Aida. 2009. Sosiologi
sastra sebagai pendekatan menganalisis karya sastra. http://kajiansastra.blogspot.com/.
15 April 2009.
2
Elistia, inong. 2012. Sosiologi
sastra sebagai pendekatan menganalisis karya sastra. http://inongelistia.blogspot.com/.
02 April 2012.
3 Pradotokusomo,Rachmat Djoko,2009 pengkajian
Puisi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
4 Teeuw,A.2003 Sastra dan Ilmu Sastra.
Jakarta:Pustaka Jaya
5 Wellek R.& Anton. 1990.Teori
Kesusastraan.Jakarta
MAKALAH
TELAAH
PUISI
TUGAS
P Berbagai Pendekatan Analisis Puisi
KELOMPOK
: 5
DI SUSUN OLEH : Neni Wulandari
Mini
Asrit
Manutmasa
Nanang kosim
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP )
SETIA BUDHI RANGKASBITUNG
Jalan Budi Utomo No.22 L komp.Pendidikan Rangkasbitung
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penyusun makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dengan judul ‘’
Berbagai pendekatan analisis puisi ‘’
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih jauh dari
kata sempurna maka dari itu,penulis megharapkan kritik dan saran dari Dosen
pembimbing yaitu Ibu Rieke febrianti. Maupun dari para pembaca sekalian demi
lebih baiknya penyusunan makalah selanjutnya.
Terima
kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,
baik secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua sebagai
pembaca amin!
Rangkasbitung, April 2013
Penulis
i
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................... 3
1.3
Tujuan................................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN TEORI..................................................................................... 4
2.1 Pendekatan Struktural........................................................................................ 4
2.2 Teori Pendekatan Struktural semiotik................................................................. 6
2.3 Teori pendekatan Stilistika……………………………………………………..7
2.4
Teori yang berhubungan dengan stilistika………………………………………7
2.5
Teori pendekatan Sosiologi sastra….……………………………………………8
2.6
Teori Kritik Sastra……………………………………………………………….
2.7
Teori Resefsi sastra………………………………………………………………
2.8 Teori
Ekspresif…………………………………………………………………..
BAB III KESIMPULAN..................................................................................... 14
BAB V1 PENUTUP............................................................................................. 15
Daftar Pustaka....................................................................................................... 16